Oleh Swary Utami Dewi

nusakini.com - Ara namanya. Lengkapnya Meutia Swarna Maharani. Sewaktu duduk di bangku Sekolah Dasar, kelas 6, Ara merengek minta dibelikan novel karya penulis besar Ahmad Tohari. Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. 

Cerita pendek (cerpen) Ahmad Tohari malam ini, 28 Juni 2020, menjadi cerpen terbaik 2019 pilihan Kompas. Ara anakku bersanding menjadi salah satu nominator dengan sastrawan besar Indonesia ini. Aku memastikan Ara bahagia menjadi nominator termuda, usia belasan tahun, bisa bersama-sama masuk nominasi dengan beberapa penulis besar Indonesia seperti Putu Oka Sukanta, Budi Darma dan dengan sastrawan pujaannya: Ahmad Tohari.

Sama halnya tahun lalu, tanggal 28 Juni 2019, Ara masuk nominasi saat usia 17 tahun, bersanding dengan beberapa sastrawan besar. Beberapa di antaranya Budi Darma, Maria Hartaningsih, Djenar Maesa Ayu, Ahmad Tohari, Putu Wijaya, Joko Pinurbo dan Martin Aleida. 

Saat mengetahui ada nama Martin Aleida, aku teringat saat Ara duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Atas. Di suatu malam, 23 Juni 2017, Ara membacakan cerpen karya Martin Aleida yang berjudul "Tanah Air". Cerpen itu menjadi Cerpen Terbaik Kompas 2016.

Ara membacakannya untukku, dengan cara membaca yang membuatku gemas. Ia berkali-kali mengatakan kekagumannya pada cerpen ini. Lalu berlanjut ia membaca beberapa cerpen lainnya di buku "Kumpulan Cerpen Kompas 2016".

Kepakkan terus sayapmu, Nak. Hiduplah terus dengan menulis. Seperti waktu usia 5 tahun, kamu mengatakan ingin hidup seribu tahun seperti kata Chairil Anwar. "Aku bisa hidup terus dengan menulis."